Jendela Rumah Jiah

Dengan Membaca, Kita Mengenal Dunia

jeru-ji.blogspot.com by Jiah Al Jafara . Header by Khoirur Rohmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Indiana Chronicle: Bridesmaid



Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Judul: Indiana Chronicle: Bridesmaid
Penulis: Clara Ng
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Editor: Hetih Rusli
Setting: Diane
Ilustrasi/desain sampul: Verdi Solaiman
Tahun terbit: Juni 2005
Halaman: 320
ISBN: 979-22-1424-0

Menjadi pemimpin redaksi di salah satu majalah ibukota ternyata tak menghilangkan yang namanya galau dari hidup Indiana Lesmana. Lajang, 30 tahun dengan pacar yang tak kunjung melamar. Para staf kantornya yang seperti beradu cepat menikah, pertanyaan tentang pernikahan dari orangtua dan keluarga. Sampai absurditas hidup Indi yang terpaksa menjadi pendamping dua pengantin di hari yang sama. Bagaimanakah Indi menyelesaikan masalah hidupnya? Apa dengan menikah masalahnya akan lebih mudah? Bagaimana kalau dia harus jadi pendamping pengantin dan terbang ke negara lain sedang dia punya pobia terbang? Bagaimana kalau justru si pengantin malah tidak yakin untuk menikah?

Seri terakhir dari Indiana Chronicle cover ungu yang lucu. Karena saya baru pertama kali baca karya Clara Ng, saya berharap bisa tertarik untuk baca karyanya yang lain. Cap cip cup, novel ini yang saya pilih karena penasaran dengan kehebohan pendamping pengantin yang akan dialami Indiana.

Dengan alur maju, sedikit flashback ternyata kegalauan Indiana di tahun 2005 tidak jauh beda dengan tahun 2015. Galaunya pernikahan, begitu kira-kira.

"Apakah menikah sekadar untuk mengubah identitas, menjadi istri lalu ibu? Setelah itu menjadi mutan-mutan yang tidak dapat mewakili diri sendiri? Memangnya begitu siklus keperempuanan? Dari nona ke nyonya si anu. Terus tambah gelar lagi, ibu si anu. Sori. Aku tidak ingin dikebiri. Bukan seperti itu konsep menikah bagiku." (Hal 91)

Ketika usia sudah matang untuk menikah tapi belum juga menikah, pasti akan ada saja pertanyaan seputar pernikahan. Kumpul keluarga menjadi ajang yang sangat membosankan bila pertanyaan 'Kapan nyusul?' 'Kapan menikah?' ada di dalamnya.

Dan tokoh yang saya suka adalah Francis, pacar Indi yang luar biasa pengertian.

"Semua terserah Indiana. Dia gadis yang cerdas sekali. Apa yang hendak dia capai dalam hidupnya kedengarannya sangat penting. Saya tidak mampu menghalang-halangi karena saya sudah berjanji untuk selalu memberikan dukungan seribu persen kepadanya." (Hal 96)

Indi yang baik, terlalu baik hingga susah untuk berkata tidak. Dia terlalu menyayangi orang-orang disekitarnya. Menjadi pendamping pernikahan Ilona dan harus terbang ke Kanada sementara dia pobia terbang. Menjadi pendamping Karen dan Sarah di hari yang sama. Lalu merawat neneknya yang pendengarannya berkurang, sampai membantu berdemo untuk karyawan hotel.

Tiga kali menjadi pendamping menyisakan banyak cerita yang luar biasa gila. Adegan Indi yang demo sampai wajahnya dimuat di koran nasional.

Tak bisa menebak jalan ceritanya tapi saya disuguhi ending yang cukup memuaskan membuat saya senyam senyum sendiri.

Indiana yang gila dengan tingkah orang-orang disekitarnya, lelah. Tapi dia selalu berpikir positif. Berapa beruntungnya dia dibanding orang diluaran sana. Intinya, ketika kita berpikir positif, maka energi positif akan mengikuti kita juga.

Indiana bukan tak mau menikah. Hanya saja, visi misi serta lamaran Francis belum siap. Ketika kita siap baik secara lahir maupun batin, jangankan menikah minggu depan, hari ini pun kita siap. Dan dari kesemua persiapan, calon suami pengertian, yang mendukung mimpi-mimpi kita sangat diperlukan. Ya namanya menyerahkan hidup, tidak mungkin kita seumur hidup terkekang? Betul kan?

Tidak selesai kalau bahas pernikahan. Empat bintang untuk novel ini.

Untuk Clara Ng, andai kita bertemu, minta tanda tangan hehe. Bagi tips menulisnya dong! Bagaimana menulis bernyawa dan produktif juga.

Sampai jumpa direview lainnyaaaa


Madre



Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Judul: Madre
Penulis: Dee Lestari
Penyunting: Sitok Srengenge
Perancang sampul: Fahmi Ilmansyah
Pemeriksa aksara: Intan
Penata aksara: Martin Buczer
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Halaman: 178
Cetakan Pertama: April 2015
ISBN: 978-602-291-093-0

"Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari? Darah saya mendadak seperempat Tionghoa, nenek saya seorang penjual roti, dan dia, bersama kakek yang tidak saya kenal, mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu: Madre." (Hal 20)

Walau terlambat baca karya Dee, jujur saya menikmati setiap kata yang disajikan dalam buku ini. Madre pernah terbit di tahun 2011. Di Madre versi ini ada 13 karya Dee berupa prosa dan cerita fiksi.

1. Madre
2. Rimba Amniotik
3. Perempuan dan Rahasia
4. Ingatan tentang Kalian
5. Have You Ever?
6. Semangkuk Acar untuk Cinta dan Tuhan
7. Wajah Telaga
8. Tanyaku Pada Bambu
9. 33
10. Guruji
11. Percakapan di Sebuah Jembatan
12. Menunggu Layang-layang
13. Barangkali Cinta

Ada beberapa cerita yang saya suka seperti Madre. Cerita tentang Tansen yang dapat warisan bernama Madre. Di tengah kebingungan dan kebimbangan akan Madre, akhirnya Tansen seperti menemukan rumah baru. Rumah yang di dalamnya ada Madre dan orang-orang yang menyayangi Madre.

"Rumah adalah tempat di mana saya dibutuhkan. Dan, Madre lebih butuh saya daripada pantai nama pun di dunia." (Hal 78)

Rimba Amniotik, percakapan Ibu dan Bayi. Saya mengangguk setuju tentang bayi yang sebenarnya adalah Ibu, bisa jadi Ayah yang hebat juga.

"Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya." (Hal 83)

Semangkuk Acar untuk Cinta dan Tuhan tentang hakikat cinta dan Tuhan.

"Dengan mengetahui apa itu cinta, kita akan mengetahui Tuhan. Dan ketika kita mengetahui Tuhan, kita juga jadi tahu apa itu cinta." (Hal 112)

Menunggu Layang-layang itu yang paling saya suka. Mungkin karena bercerita tentang anak muda, jadi saya senyam-senyum sendiri.

"Layang-layang itu bebas di langit. Tapi tetap ada benang yang mengikatnya di bumi." (Hal 166)

Hem, saya tidak sabar untuk menikmati karya Dee yang lain. Semoga tidak malas :D

Feel Like Family - Cinta yang Bersemi

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Judul: Feel Like Family - Cinta yang Bersemi
Penulis: Sherryl Woods
Alih bahasa: Agus Suteja
Editor: Benedicta Rini W, Hayu Handayani
Penata isi: Budi Triyanto
Penerbit: VioletBooks
Tahun terbit: 2011
Hal: 440
ISBN: 978-979-081-412-7

Dewasa

Hidup teratur dengan tujuan yang jelas telah dijalani Helen Decatur. Pengacara terkenal, finansial yang mapan, punya beberapa bisnis, membuat hidupnya tampak sempurna.

Sayang, kesehariannya mengurusi masalah perceraian sampai wanita-wanita yang kurang beruntung dalam pernikahan membuatnya melajang hingga usia 42 tahun. Keras kepala, hingga suatu saat dia menginginkan seorang bayi dalam hidupnya.

Erik, pria keras kepala yang berselisih tegang dengan Helen. Koki yang kompeten, tapi tidak meninggalkan Helen saat menangis.

Saat Helen memberikan bantuan untuk menjaga anak-anak Karen -Pegawai Restoran Sullivan- dia sedikit kewalahan. Erik yang sebenarnya tidak menginginkan bayi dalam kehidupannya yang sekarang entah mengapa mau membantu Helen mengatur anak-anak.

Apa yang akan dialami Helen dengan anak-anak Karen? Bagaimana hubungannya dengan Erik? Apa kah Helen bisa punya bayi? Apa benar yang diingin Helen hanya seorang bayi?

"..., bagi Helen menjadi seorang ibu terasa jauh lebih mulia dari yang ia bayangkan sebelumnya- meskipun seorang ibu sementara." (Hal 189)

Helen yang kuat, cerdas, tangguh membuat saya iri setengah mati. Seberapa kuatnya dia, toh ternyata sebagai manusia biasa dia memiliki ketakutan. Apakah ketakutan tidak bisa hamil diusianya? Atau ada hal lain?

"Memiliki anak bukanlah suatu yang patut dilakukan, kecuali kalau kau benar-benar memiliki komitmen yang kuat pada keinginan itu." (Hal 96)

Erik si koki seksi, saya suka pria yang suka masak. Masa lalu yang sulit dilupakan ternyata membawa pengaruh besar dalam hidupnya.

"Kalau kau benar-benar menginginkan sesuatu, kau harus meraihnya. Jangan menunggu sampai kau terlambat dan hidup dalam penyesalan." (Hal 195)

dengan alur majunya, saya pikir masalah akan timbul karena keinginan Helen akan seorang bayi. Ketika akhirnya dia hamil, saya berharap bayinya akan menimbulkan masalah besar, apalagi usia serta penyakit diabetes yang diderita Helen. Ternyata masalah yang ditonjolkan bukan itu. Pertentangan batin seorang Helen, perempuan mandiri yang keras kepala. Selain pertentangan batin, profesi Helen ternyata mengundang masalah baru karena kasus perceraian yang dimenangkannya.

Saya salut dengan perempuan-perempuan dalam novel ini. Karen yang harus bekerja keras untuk dua orang anaknya. Tess yang berjuang karena suaminya dideportasi, Dana Sue, Maddie dan Helen sendiri. Di luar sana, saya yakin banyak sekali perempuan seperti mereka.

Khusus untuk Helen, dia adalah contoh di mana sebagai perempuan dia kuat dan mandiri. Ketika dia akhirnya hamil, dia tidak serta merta mengatakan iya ketika tawaran pernikahan datang karena kehamilannya adalah tanggung jawabnya sendiri. Memang kehamilan di luar nikah tidak pantas ditiru, tapi segi positifnya Helen tahu apa sebenarnya yang dia inginkan.

Menikah bukan masalah usia, tanggung jawab atas masalah, tapi menikahlah karena kamu memang menginginkan sebuah keluarga yang bahagia.

Di dalam novel ini juga menceritakan kepedulian terhadap orang lain, terutama perempuan single parent. Persahabatan Maddie, Dana Sue dan Helen juga keren. Mereka mendukung Helen, tapi ketika Helen melakukan hal yang tidak benar, mereka juga menegur dan mengingatkan.

"Bahwa keterusterangan dan kejujuran adalah dua hal yang berharga yang saling bertautan di dalam suatu hubungan atau persahabatan. Satu saja tak kaupenuhi maka segalanya akan berakhir." (Hal 344)

Meski setelah membaca tidak sesuai dengan perkiraan, saya tetap suka dengan novel ini. Pengetahuan tentang makanan di Restoran Sullivan juga keren. Namanya novel romance, bisa di tebak endingnya apa. Sayang ceritanya sampai kelahiran si baby doang. Kurang panjang dikit. Ya sudahlah.

4 Bintang untuk Feel Like Family.

Oh iya, kalau seandainya bertemu Sherryl Woods, mungkin saya akan setres. Bahasa Inggris saya jongkok hehe. Wis minta diajak ke Serenity di Carolina Selatan saja terus ke Restoran Sullivan hihi.

Menikah di usia yang terlambat tidak jadi masalah, asal kita siap dengan segala konsekuensi yang ada. Menikah lah di saat yang tepat dengan segala kesiapan termasuk kesiapan mental.

Oke lah. Sampai ketemu direview saya yang lain!!!