Jendela Rumah Jiah

Dengan Membaca, Kita Mengenal Dunia

jeru-ji.blogspot.com by Jiah Al Jafara . Header by Khoirur Rohmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Aku Tidak Pandai Bahasa Indonesia

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Judul : Aku Tidak Pandai Bahasa Indonesia
Penulis, Penyunting, Perancang Sampul & Isi : Moh. Sidik Nugraha
Halaman  : 76
Gadis kecil itu tampaknya sudah jatuh cinta pada Pak Bhaer dan mengikutinya ke sana-kemari bagaikan seekor anjing.... ( Novel Good Wives)- Aku Tidak Pandai Bahasa Indonesia Hal 40
Waktu membaca kalimat ini, saya teringat lagunya Ayu Ting-ting. Ke sana-kemari membawa alamat, jeng-jeng!!!
Apa yang salah dengan kalimat di atas? Sebenarnya kalau ditelaah, ke sana-kemari kalau disandingkan itu kurang tepat. Kata ‘kemari’ itu kata kerja sedangkan ‘ke sana’ merupakan kata keterangan.
Buku Aku Tidak Pandai BahasaIndonesia adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat simpel. Banyak pembahasan dari kata di dalam Bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari tapi kadang kurang benar dalam penulisannya. Contohnya ‘waswas’ bukan ‘was-was’, ‘deg-degan’ bukan ‘degdegan.
Ada juga kata kerja istimewa KPST. Contohnya ‘mempunyai’. Walaupun dalam KBBI harus ditulis ‘memunyai’ tapi kita boleh menulis ‘mempunyai’ dengan alasan kemudahan pengucapan.
Saat membaca buku ini, saya tidak merasa digurui. Malah saya bengong dan setuju dengan apa yang ditulis di buku tersebut. Bahasa yang digunakan ringan dan juga menghibur.
Sayangnya, buku ini belum diterbitkan di penerbit mana pun. Cetakan terbatas dan saya tidak tahu beliau ini masih punya bukunya atau tidak. Silakan kirim e-mail ke kidis.nugraha@gmail.com jika tertarik dengan buku ini.
Kamu tak perlu berbahasa puitis seperti seorang pujangga. Cukuplah bahasa yang sederhana, baik dan benar, sehingga orang akan tahu artinya.

Asrama Berhantu

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Judul                          : Asrama Berhantu
Penulis                        : Audi
Editor                          : Anin Patrajuangga
Desainer Kover          : M.C. Vinka & Ivana PD
Ilustrator                    : M.C Vinka
Penata Isi                   : Abdurrahman
Penertbit                     : Grasindo
Tahun Terbit              : 2015
Halaman                    : 81
ISBN                           : 978623751730

Nesha Winona, gadis ABG yang manja dan tidak peduli dengan orang lain terpaksa masuk sebuah asrama untuk memperbaiki kelakuannya. Di asrama pun, dia membuat ulah agar dikeluarkan. Ulah apa saja sih yang dia lakukan selama di asrama? Apa benar asrama yang terlihat sepi dan tua itu berhantu?
Kelas Penulis Cilik Grasindo – sukses membuat saya kagum. Walaupun bukan cerita berat, tapi mereka berhasil menerbitkan buku. Lha saya? Baiklah! Kita akhiri sesi curhatnya. Karena ini kelas ABG, bahasa yang digunakan sesuai banget dengan bahasa ABG. ALAY? Tidak sama sekali. Bahasa Indonesia juga, tapi lebih mudah dipahami. Alur? Maju cantik.
Bercerita tentang gadis bernama Nesha dan kelakuannya yang ya kita kan pernah jadi remaja. Tahu lah bagaimana. Inti dari kelakuannya si Nesha ini sebenarnya untuk mencari perhatian. Ketika di asrama akhirnya Nesha bertemu dengan anak yang mirip dengannya tapi lebih parah manjanya. Di sini Nesha jadi berpikir, apa dia semenyebalkan itu? (Hal 35).
Yang bagus di buku ini, orangtua Nesha halus dalam mengarahkan Nesha ke hal-hal baik. Biasanya kalau anaknya bertingkah, orangtua akan marah. Tapi, orangtua Nesha lebih bijak.
Reward. Orangtua kadang perlu ini juga untuk ‘memaksa’ anaknya agar menjadi lebih baik. Orangtua Nesha memberi target dan Nesha akan mendapat penghargaan ketika target tercapai.
Baca ini saya jadi ingat masa MTsN dulu. Saya juga tidak tinggal di rumah, tapi di Ponpes. Tidak jauh beda dengan asrama. Tapi tetap bikin nyesek juga. Padahal saya sendiri yang minta tinggal di sana.
Sayangnya, buku ini bersambung, Kakak!!! Baca dari awal sampai tengah, lha mana hantunya? Eh ternyata yang ngesot-ngesot ada diakhir. Hadeh!!! Eh tapi, jempol buat Audi! Kamu cowok, tapi buat karakter cewek. Natural banget!!! *IniApaMaksudnya? #SayaCewekSukaJadiCowok #Eh. Semangat berkarya terus, Kakak Audi!!!
“Di muka bumi ini, tidak ada orangtua yang ingin membuat anaknya menderita. Semua orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya. Ingin anaknya bahagia dan kelak bisa jadi orang sukses.” Hal 12

Home

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Judul                          : Home – Saling Menjauh Tapi Saling Merindu
Penulis                      : Iva Afianti
Editor                         : Arini Hidajati
Tata Sampul             :  Agus
Tata Isi                       : Atika
Cetakan Pertama     : September, 2013
Penerbit                    : DIVA Press
Halaman                   : 388
Bintang                      : 2

ISBN                          : 786022553007



“Menjual rumah ini bukan hanya menjual sebuah bangunan fisik. Bagi saya, rumah ini adalah kenangan, sejarah, cinta, dan ... kehidupan itu sendiri.” Hal 9
Apa yang kamu pikirkan ketika orangtuamu -mertua- ingin menjual rumahnya? Rumah yang menjadi saksi masa kecil suamimu, peninggalan masa lalu, dan tempat berkumpul semua anggota keluarga. Apa yang akan kamu lakukan?
Truly, menantu sulung dari Kurt dan Beatrice pusing tujuh keliling saat mendapat kabar bahwa Papa mertuanya akan menjual rumah. Bukan masalah akan tinggal di mana kedua orangtuanya, tapi mengapa rumah persinggahan, tempat musyawarah semua anggota keluarga dijual? Apa hanya karena kesepian semenjak ketujuh anaknya menikah? Atau ada hal lain yang disembunyikan Papa mertuanya?
Dari segi tema, saya suka. Bukan hanya tentang rumah secara fisik, tapi apa yang terjadi di dalamnya. Sedikit baper karena saya membayangkan bagaimana orangtua saya nanti ketika semua anaknya sudah menikah dan sibuk dengan keluarga serta urusan masing-masing.
Alur yang digunakan maju, lalu mundur saling berseling mengisi jalan cerita novel ini. Mulai dari masa lalu pertemuan Kurt dan Bea hingga mereka beranak-pinak. Lalu maju ke  potongan kisah ketujuh anak mereka beserta sepupu yang banyak. Lalu masa sekarang di mana mereka merasa dekat tapi saling jauh.
Karakter yang paling banyak bermain ya si Truly. Walaupun hanya seorang mantu, ternyata dengan sifatnya yang supel mampu membuat kedua mertuanya lebih terbuka. Selain itu, karena dialah kecanggungan dari generasi tua dan muda menjadi cair.
Sayangnya, pergantian PoV kurang pas untuk menguatkan cerita. Saya paham, cuma kurang pas saja. PoV berubah-ubah dari Bea, Truly, Wisnu hingga Kurt. Saya kurang merasakan perbedaan karakter ketika PoV masing-masing.
Karena PoV juga, pergantian saya, aku, gue ada yang typo. Ada juga bahasa asing dan Jawa yang tidak ditulis miring. Untuk klimaks, saya sebenarnya berharap lebih. Sayangnya terasa datar walaupun masalah utama terselesaikan dengan baik. Dan ending? Hem, saya bisa nebak sih.
Terlepas dari kekurangannya, novel ini bisa jadi warning untuk diri saya sendiri. Orangtua itu rindu diperhatikan anak-anaknya.
“Tolong sediakan cinta, lapangkan hati, untuk mendengarkan apa yang ingin orangtua Kalian keluhkan. Mungkin menyebalkan. Tapi Kalian akan merasa, bahwa itulah bentuk rasa cinta kami pada Kalian, selain dalam bentuk doa.” Hal 337
Dan sosok Kurt, dia memang sosok suamiable dan Papa yang patut dibanggakan terlepas dari sifat otoriternya. Dan yang terakhir, rumah itu tak perlu besar, yang penting ada banyak cinta di dalamnya.
“Rumah itu... adalah tempat kita pulang. Rumah hati, rumah cinta....” Hal 317
[Reading Campaign Berhadiah Paket Buku] Tema Karya Penulis Wanita